Rabu, 16 Juni 2010

Belajar Berkata “Yes” dari YES MAN


FILM drama komedi romantis ini berkisah tentang kehidupan Carl Allen (Jim Carey) yang monoton setelah bercerai dari sang istri, Stephanie. Perceraian tersebut membuat Carl menjadi pribadi yang tertutup. Hal ini mengacaukan hidupnya. Dia sering menghindar dengan berbagai macam alasan ketika diajak teman-temannya. Carl selalu berkata “Tidak”.
Suatu hari, teman lama Carl yang bernama Nick memberikan brosur tentang talkshow motivasi “Yes”. Talkshow ini diadakan oleh seorang pembicara ternama, Terrance. Terrance memberi contoh “Yes” dengan memecahkan kaca kantor Carl setelah ditantang memecahkan kaca kantor Carl. Setelah talkshow, Carl tahu kata “Yes” ternyata dapat merubah dunia, membuat kehidupan lebih berwarna. Hal ini menjadi titik awal semua konflik yang dia rasakan. Kehidupan Carl pun berubah 180 derajat dari sebelumnya. Ada perasaan janggal yang dia rasakan di kehidupan yang baru ini, terutama ketika dia bertemu dengan Alinson (Zooey Deschanel). Tetapi, keberuntungan dan kebahagiaan Carl tidak berlangsung lama. Ada kejadian-kejadian yang membuatnya tersadar kalau berkata “Yes” tidak selalu berakibat positif bagi dirinya.
            Dari sudut pandang Ilmu Komunikasi, kehidupan Carl yang berubah itu dapat dikaji dari teori persuasi. Tentunya Pembaca masih ingat dengan model Aristoles yang menggambarkan komunikasi sebagai alat persuasi. Cara-cara persuasi yang disampaikan mengandung 3 inti, yaitu ethos, pathos, dan logos. Hal tersebut dapat dilihat saat Terrace memberikan motivasi-motivasi pada talkshow. Selain itu, kesamaan frame of reference dan field of experince antara Carl dan Terrace membuat proses komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
            Kesalahan persepsi yang dilakukan oleh Carl dalam menginterpretasi pesan yang disampaikan oleh Terrace ternyata membawa dampak positif bagi dirinya. Ini tentu menjadi suatu contoh yang menarik. Sebab, dalam Ilmu Komunikasi, kita tahu bahwa kesalahan mempersepsi pesan cenderung memunculkan hal-hal negatif. Namun melalui film ini, kita diingatkan bahwa kesalahan persepsi dapat berimplikasi pada hal-hal yang lain. (gim/zha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar